Demak, Demaknews.id – Ternyata Kabupaten Demak juga memiliki kerajinan tangan yakni pembuatan terbang yang sudah terkenal ke penjuru negeri.
H. Mustofa MS menjadi salah satu pengrajin bedug dan rebana yang sangat populer di Demak khususnya. Ia yang kini berusia 60 tahun menjadi generasi ke tiga dalam menjalankan usaha yang turun temurun itu.
“Usaha turun termurun dari simbah temurun bapak terus saya. Generasi ke empat sudah saya siapkan, yakni Muhammad Abdul kamal anak nomer 3 sama Mohammad Farid Fatullah anak nomer 4,” ujarnya.
Mustofa menamai profesi nya sebagai “Tukang Terbang” yang mana ia buktikan dengan kemampuannya membuat rebana dengan kualitas tinggi. Tak heran jika banyak pelanggannya dari seantero negeri. Ia mengungkapkan mengawali belajar menjadi pengrajin semenjak berusia 9 tahun.
“Belajar dengan bapak itu tahun 1969 pada saat itu umur 9 tahun udah belajar. Kalo pagi sekolah terus sepulang sekolah belajar membuat bedug,” terangnya seraya mengingat masa kecilnya itu.
Menurutnya, proses belajar sebagai pengrajin yang handal pun dilakukan secara turun temurun. Dimulai dari bapaknya yang belajar dengan kakeknya pada tahun 1939. Kemudian diserahkan kepada bapaknya di tahun 1967.
“Kalo bapak dengan saya itu serah terimanya tahun 1986 jadi kira-kira bapak sudah tidak mampu lalu diserahkan,” jelasnya.
Kerajinan bedug yang saat ini dikerjakan oleh tuju orang itu, penjualan nya dilakukan dari sistem mulut ke mulut. Dimana harga satu set bedug dihargai mulai 13,5 juta hingga paling mahal di harga 175 juta dengan garansi 5 tahun.
“Bedug yang paling besar dan sudah terkirim itu besarnya 1 meter 70. Ekspor pernah ke Malaysia, Brunei, Yugoslavia, Irlandia, dan Amerika,” paparnya seraya memperlihatkan terbangnya.
Sementara agar suara terbang bisa nyaring, Mustofa menjelaskan bahwa ada teknik khusus yang dimilikinya dan tidak bisa ditiru oleh siapapun. Pasalnya, hal yang paling sulit dalam pembuatan terbang itu saat menyesuaikan antara kulit dengan kayu agar suaranya bisa nyaring. Kekuatan kerajinan bedug nya pun tidak perlu dipertanyakan lagi karena memiliki kekuatan super.
“Bedug buatan tahhun 1990 ukuran 80 cm, kemaren pada bulan siyam tahun 2021 baru diserviskan karena baru rusak kulitnya sebelah, kurang lebih berarti 31 tahun kulit baru rusak, kalo kayu temurun anak cucu masih kuat,” ungkapnya.
Usaha kerajinan Terbang yang berada di daerah Tanubayan, Kabupaten Demak, di masa pandemi Covid-19 ini tidak terlalu berpengaruh. Mustofa mengaku masih terus memproduksi terbang dan bedug dari para pemesan.
“Alhamdulillah lumintu, saya bekerja itu modalnya cuma tiga, yaitu temen (serius), tekun dan jujur. Lalu SNI: Sabar, nerimo, dan ikhlas, jadi pohon itu semakin tinggi anginnya semakin besar banyak rintangan, tapi diterima dengan senang dan sabar,” pungkasnya. (Nizar-03)